.quickedit{ display:none; }
" Wilujeng Sumping di Saung Kefir Jatinangor, Wahana Berbagi Antar Sesama "

Kamis, 08 September 2011

Probioitik and Prebiotik2

Keseimbangan Bakteri Pencernaan
Posted on by adm
KONDISI pencernaan manusia memiliki peranan penting dalam menjaga tubuh tetap sehat dan bugar, meskipun usia seseorang kian senja. Hal ini terbukti dari hasil penelitian terhadap para senior yang mampu mencapai usia lebih dari 80 tahun, ternyata mereka memiliki kebiasaan selain banyak tertawa, denyut jantung yang teratur dan tidak deras, juga jarang mengalami gangguan pencernaan.

Terkait dengan yang terakhir, menurut beberapa penelitian, ternyata gangguan pencernaan banyak disebabkan oleh bakteri patogen (penyebab penyakit). Bifidobactrium merupakan bakteri menguntungkan, di mana pada bayi yang mengkonsumsi ASI, jumlahnya sebesar 92%. Jika si bayi mulai besar, dan mulai minum susu kaleng atau makanan lainnya, jumlah bakteri tersebut akan berkurang, menjadi 20%.

Sebaliknya, jumlah bakteri E. coli yang menyebabkan penyakit, bertambah dari 4% menjadi 24%, sehingga anak-anak yang mulai besar akan banyak mengalami masalah pencernaan. Saat dewasa, jumlah bakteri Bifido semakin berkurang menjadi 7%. Yang bertambah banyak justru bakteri patogennya. Oleh sebab itu, semakin lanjut usia seseorang, akan semakin banyak masalah sembelit dan gangguan pencernaan yang dideritanya.

Menyikapi fakta tersebut, ada satu pertanyaan yang mesti kita ketahui, yaitu bagaimana sebenarnya “kisah” bakteri usus dalam sistem pencernaan manusia itu? Dan bagaimana caranya untuk mencapai kondisi sistem pencernaan yang sehat itu? Kalau kita teliti, di dalam tubuh manusia itu ada “rumah” berbagai bakteri. Yakni berupa saluran pencernaan manusia yang panjangnya mencapai 9 meter (dari mulut hingga saluran pembuangan). Dan kita tahu, dalam tiap 1 ml air liur saja, ternyata ditemukan sekira 100 juta bakteri. Sedangkan di dalam usus wanita dewasa terdapat sekira 0,8 kg bakteri.

Berbicara bakteri, Anda jangan langsung menghubungkan dengan hal-hal yang merugikan kesehatan. Sebab, kalau kita mau jujur, dalam tubuh manusia ada dua jenis bakteri yaitu bakteri jahat dan baik. Adapun prosesnya, secara sederhana dapat digambarkan bahwa bakteri masuk ke dalam usus bersama makanan yang kita konsumsi sehari-hari. Sepanjang perjalanannya, bakteri mengalami berbagai hambatan. Pada saat memasuki lambung, sebagian besar bakteri mati oleh asam lambung (HCL).

Hambatan berikutnya terjadi dalam usus halus, terutama usus dua belas jari (duodenum), pelepasan cairan empedu dan pankreas yang berguna untuk mencerna lemak, protein, serta gula, juga mematikan sejumlah bakteri. Tapi, pada ujung usus halus, yaitu ileum dan jejunum terjadi proses penetralan isi usus oleh getah pencernaan. Kondisi ini, ditambah dengan lambatnya laju pergerakan isi usus, sehingga membuka kesempatan bagi bakteri yang bertahan untuk berkembang biak.

Terkait dengan adanya bakteri yang hidup di ujung usus halus tersebut, menurut Prof. Dr. F.G. Winarno (2003), untuk bakteri yang baik itu bertugas memproduksi zat gizi esensial seperti vitamin dan asam organik, untuk diserap dan dimanfaatkan oleh epitel dinding usus dan organ vital tubuh lainnya, seperti hati.

Sedangkan bakteri jahat akan membentuk senyawa busuk yang didetoksikasi dalam hati dan dikeluarkan melalui feces (tinja) serta urine. Bila jumlah senyawa busuk ini sangat banyak, berarti proses detoksikasi tidak berjalan sempurna. Sebagian besar senyawa ini akan masuk ke dalam darah dan beredar ke seluruh tubuh. Kondisi ini dapat menimbulkan berbagai penyakit dan mempercepat proses penuaan.

Menjaga Keseimbangan Bakteri
Menyikapi kenyataan adanya pergolakan antara bakteri baik dan bakteri jahat di dalam usus halus manusia di atas, saya kira hal yang terpenting adalah bagaimana kita menjaga kondisi kesehatan usus itu agar tetap “aman”. Dalam konteks ini, menurut Dr. Muhammad Yazid Manap, Ph.D., pakar probiotik dari Universitas Putra, Malaysia, yang terpenting dalam menjaga kesehatan usus, adalah menjaga keseimbangan bakteri usus.

Keseimbangan yang baik adalah 80 : 20 (80% bakteri baik/anaerobic dan 20% bakteri tidak baik/aerobic). Perbandingan ini terdapat pada bayi yang 100% mengkonsumsi ASI. Adanya bakteri aerobic sebanyak 20%, tetap dibutuhkan untuk gerak peristaltik usus.

Seiring dengan perkembangan teknologi, saat ini telah dikembangkan pangan fungsional yang menggunakan mikroorganisme dalam makanan. Dan hasil penelitian di bidang pangan fungsional yang berkembang pesat saat ini adalah berupa probiotik dan prebiotik. Probiotik adalah bakteri hidup dalam makanan yang apabila dimakan dapat menjaga keseimbangan bakteri dalam saluran pencernaan.

Dalam arti lain, probiotik ini merupakan jenis pangan dengan kandungan bakteri hidup yang tahan melewati rintangan fisik dan kimia dalam saluran pencernaan. Bakteri yang dititipkan dalam pangan ini kemudian aktif berbiak, membentuk koloni yang melapisi bagian dalam usus. Adapun jenis pangan fungsional probiotik yang telah dikembangkan adalah susu dan olahan fermentasinya, seperti yogurt dan es krim (baik cair maupun serbuk).

Sementara itu, prebiotik adalah bahan makanan bagi bakteri probiotik agar tumbuh subur dalam pencernaan. Pangan prebiotik berisi serat yang tidak dapat dicerna, namun dapat difermentasi menjadi hidangan untuk menstimulasi kehidupan bakteri usus yang menguntungkan. Contoh makanan prebiotik adalah serat pangan (dietary fiber),yaitu buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, dan biji-bijian.

Lebih jauh dari itu, diungkapkan Muhammad Yazid Manap, sebenarnya penggunaan mikroorganisme dalam makanan telah lama dilakukan manusia, dengan dua alasan. Pertama, alasan teknologi. Mikroorganisme dapat mengubah bahan mentah/dasar menjadi produk baru, melalui proses fermentasi, misalnya susu menjadi yogurt, singkong menjadi tape, dll.

Kedua, alasan kesehatan. Telah terbukti bahwa mikroorganisme probiotik dapat mengurangi kerugian yang ditimbulkan bakteri patogen. Bukti ini diperkuat lagi dengan kenyataan betapa orang Bulgaria, rata-rata berumur panjang, karena rajin memakan yogurt.

Sistem Pencernaan Sehat
Untuk mendapatkan sistem pencernaan yang sehat, para ahli pangan telah mempelajari manfaat gizi dan fungsi bahan pangan pada tubuh manusia, termasuk jenis pangan probiotik. Dalam hal ini, menurut Dr. Muhammad Yazid Manap, Ph.D., (1998), paling tidak ada empat fungsi utama dari pangan probiotik, yaitu:
(1) Menjaga keseimbangan bakteri usus.
(2) Menurunkan kadar kolesterol darah.
(3) Mencegah pembentukan sel kanker.
(4) Membantu pencernaan laktosa (gula dalam susu), sebab banyak orang Asia yang tidak dapat mencernakan susu, sehingga menyebabkan diare.

Sementara itu, dalam pandangan Prof. Dr.F.G. Winarno, selain serat, zat lain yang dibutuhkan tubuh untuk mengembangkan sistem pencernaan yang sehat adalah antioksidan (seperti vit. C, betacaroten, dan teh hijau) dan golongan asam (seperti asam amino dan asam folat).

Lebih jauh diungkapkan Winarno, antioksidan berfungsi melindungi sekira 70 milyar sel-sel tubuh dari proses penuaan dengan cara “menangkap” radikal bebas yang merusak sel-sel, membuat sakit dan penuaan. Vitamin C memperkuat sistem ketahanan tubuh dan berperan dalam pertumbuhan gigi, tulang dan darah.

Betacaroten adalah bentuk awal vit. A yang mempertahankan lapisan lendir dan memperkuat pertahanan kulit menghadapi infeksi. Sementara teh hijau membersihkan pembuluh darah dan melindungi sel-sel dari radikal bebas yang merusak dan menghambat pertumbuhan sel-sel kanker.

Asam amino adalah struktur protein terpenting untuk mempertahankan hidup. Jika tidak diperoleh dari asupan makanan, maka asam amino dalam tubuh akan digunakan untuk proses perbaikan sel. Akibatnya, asam amino cadangan tubuh berkurang dan berdampak nyata pada kulit yang menua, otot cepat kendur, dan melemahnya kekebalan tubuh. Sedangkan asam folat berperan penting dalam proses pembelahan dan pembentukan sel-sel baru.

Akhirnya, untuk mencapai tubuh yang sehat dan “awet muda”, salah satu faktor yang menentukan adalah kondisi kesehatan saluran pencernaannya. Dan saat ini, dengan adanya teknologi probiotik, kita tidak usah khawatir untuk mencapai kondisi sistem pencernaan yang sehat itu, sebab sedikit banyak dengan mengkonsumsi pangan probiotik tubuh kita akan terbantu dalam menjaga keseimbangan bakteri dalam saluran pencernaan. Anda penasaran untuk mencoba?

Posted on by adm

Dengan menjaga asupan bifidobacterium minimal sebanyak satu juta sel bakteri di dalam usus besar (kolon), maka tubuh akan terbebas dari sembelit, buang air besar jadi lancar dan mengurangi dampak risiko kanker usus.

Kepala Peneliti Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor (IPB) Betty Sri Laksmie Jenie, dalam keterangan persnya di Jakarta, Sabtu, mengungkapkan sebetulnya bifidobacterium terdapat secara alami dan merupakan anggota mikrobiota dari usus besar.

Bifidobacterium atau lebih lengkapnya dari jenis bakteri bifidobacterium animalis DN-173010 daapt menghasilkan probiotik, atau di kalangan awam lazim disebut dengan bakteri ‘baik’. Terbukti berdasarkan pemantauan ilmiah, bifidobacterium mampu mencegah penyakit diare dengan mempengaruhi sistem imun dan ketahanan terhadap kolonisasi perkembangabiakan bakteri tidak menguntungkan yakni, patogen.
“Pada dasarnya jumlah bakteri baik dan jahat didalam tubuh bentuknya berimbang. Lantaran itu perlu direkayasa agar jumlah akteri baik dapat berjumlah lebih banyak, sehingga dapat lebih dominan dalam tubuh,” ujar Betty.

Umumnya bakteri dapat hidup selama dua hari, untuk kemudian meregenarisasi. Dengan demikian, bifidobacterium dapat bekerja, jika jumlahnya paling sedikit terdapat satu juta bakteri dalam usus besar, atau dalam standar badan kesehatan dunia, WHO, disyaratkan minimal dalam mikroflora usus, 106-106 koloni/ml bakteri hidup.

Padahal, seiring dengan aktivitas tubuh seperti buang air besar atau buang air kecil, bakteri ‘baik’ tersebut juga turut terbuang. Dengan demikian perlu ada asupan yang cukup, agar jumlah bifidobacterium terjaga secara ideal.
.
Secara alamiah, asupan bifidobacterium bisa dipasok dari berbagai makanan dan buah-buahan, antara lain, berbagai jenis umbi, seperti umbi jalar, talas, singkong, kedelai, pisang, serta asupana yang terbaik, yakni air susu ibu. Sedangkan bifidobacterium rekaya, diambil dari feses yang ada di kolon, kemudian dikembangbiakan di laboratorium.

Bifidobacterium sebetulnya bukan hal yang baru. Di Eropa, bakteri ini sudah kerap dicampur dengan berbagai jenis makanan. Namun untuk Indonesia, hal ini merupakan suatu hal yang baru.Ia mengakui, bifidobacterium bukan satu-satunya bakteri yang dapat menghasilkan zat probiotik. Bakteri lainya yang telah ditemukan oleh ilmuwan Jepang dan telah dipatenkan dan diproduksi masal dalam bentuk minuman kesehatan adalah, Lactobacillus casei Shirota strain.
.
Hasil pengamatan Betty, terdapat perbedaan mendasar antara Lactobacillus casei Shirota strain dan bifidobacterium. Lactobacillus casei Shirota condong lebih baik untuk mengatasi diare. Sedangkan bifidobacterium selain mencegah diare sangat bagus untuk memperlancar buang air besar, mengatasi sembelit dan dalam jangka panjang akan menimbulkan imun pada tubuh dari bakteri patogen, serta mencegah kanker usus.

Ditenggarai, bifidobacterium dari luar tubuh lebih bisa bertahan hidup dalam perjalanannya menuju ke usus besar dibanding Lactobacillus casei Shirota strain . Perlu diketahui, bakteri probiotik harus dikonsumsi dalam keadaan hidup dan tetap hidup mencapai saluran usus.

Artinya diperlukan ketegaran probiotik dalam menghadapi berbagai rintangan mulai dari mulut dengan lisosim dari air liurnya, asam lambung dan asam/garam empedu yang dapat membunuh probiotik dan harus dilalui sebelum masuk ke dalam usus.

Selain dapat dipasok dari buah-buahan dan umbi serta ASI, bifidobacterium juga bisa diserap melalui makanan komersial yang telah dicampur dengan bifidobacterium. Makanan yang umum dicampur dengan bifidobacterium seperti susu, yoghurt dan biscuit.

Pada produk makanan, agar jumlah bakteri yang hidup bisa di atas satu juta bakteri, maka produsen seharusnya sudah menakar berapa besar jumlah bakteri yang bisa hidup hinga masa kadaluarsa produk panganan merka habis. “Umumnya produk makanan mereka dicampur dengan triliunan bakteri hidup,” jelas Betty.

Walau banyak diketahui manfaatnya, hngga saat ini lanjut Betty, belum ada satupun produk makanan di Indonesia yang meng-klaim sudah dapat dicampur dengan bifidobacterium hidup.sumber : media indonesia
Lagi.. tentang Probiotik Berpotensi Turunkan Risiko Batu Ginjal
Posted on by adm

Pembentukan batu ginjal biasanya terjadi pada pria atau wanita di usia 20 hingga 40 tahun.
Selain merugikan, sejumlah bakteri selama ini juga dikenal memberi manfaat bagi tubuh atau dikenal dengan sebutan probiotik. Sebuah penelitian terbaru di Amerika Serikat (AS) tentang bakteri probiotik mengungkapkan bahwa jenis bakteri ini juga berpotensi menurunkan risiko seseorang mengidap batu ginjal

Penelitian yang dipublikasikan dalam edisi terbaru Jurnal The American Society of Nephrology itu menyebutkan bahwa jika seseorang yang dalam ususnya memiliki bakteri Oxalobacter formigenes dalam jumlah besar, maka ia dapat terhindar dari risiko penyakit batu ginjal hingga 70 persen. Selain Oxalobacter formigenes, selama ini dari sekian banyak bakteri probiotik, yang terkenal adalah Lactobacillus atau Bifidobacterium.

”Temuan kami ini memiliki potensi sangat penting dari segi klinis. Kemungkinan untuk menggunakan bakteri sebagai probiotik memang masih dalam tahap awal investigasi,” ujar ahli kedokteran dari Universitas Boston, Professor David Kaufman, seperti dilansir BBC, Ahad (9/3).

Menurut Kaufman, dengan hasil temuan tersebut para peneliti di Universitas Boston saat ini sedang berupaya mengembangkan metode untuk memanfaatkan bakteri itu sebagai pengobatan probiotik. ”Bakteri Oxalobacter formigenes diprediksi mampu menghancurkan oksalat dalam saluran pencernaan atau usus dan jumlahnya bisa mencapai miliaran pada orang dewasa normal,” jelasnya.

Para ahli dari Universitas Boston itu melakukan riset dengan cara membandingkan 247 pasien yang mengalami batu ginjal kambuhan dengan 259 partisipan lain yang tidak memiliki batu ginjal. Hasil riset menunjukkan bahwa hanya 17 persen dari kelompok pengidap batu ginjal yang ususnya dihuni bakteri Oxalobacter formigenes dalam jumlah banyak, sedangkan persentase pada kelompok sehat mencapai 38 persen.

Sementara itu, Derek Machin, direktur Urologi University Hospital Aintree berpendapat, hasil penelitian tersebut akan membuka jalan bagi ditemukannnya pengobatan efektif bagi batu ginjal kambuhan. Namun demikian, ia menyatakan penelitian secara klinis perlu dilakukan lebih lanjut sebelum bekteri ini benar-benar dapat digunakan sebagai probitok.

Menurut Machin, batu ginjal sering dikaitkan dengan dehidrasi dan kasusnya lebih banyak terjadi di negara-negara beriklim kering dan panas seperti Arab Saudi. Batu ginjal juga berhubungan dengan tingginya pengeluaran atau ekskresi kalsium. Namun, pada banyak kasus, penyebabnya tidak diketahui dengan jelas. ”Untuk banyak orang, seperti seorang pilot, batu ginjal dapat menjadi masalah yang berkepanjangan. Di beberapa kasus, batu ginjal dapat menghancurkan fungsi ginjal sebelum sempat diidentifikasi,” jelasnya.

Lebih jauh Machin mengatakan, perawatan terhadap gangguan batu ginjal berukuran besar biasanya dilakukan dengan menggunakan gelombang kejut. Tapi, cara ini ternyata tidak selalu efektif menuntaskan gangguan. Pasalnya, menghancurkan batu ginjal melalui gelombang kejut di saluran kemih biasanya menimbulkan rasa sakit yang luar biasa.

Batu ginjal merupakan benda yang terbentuk dalam organ akibat pengendapan kotoran atau zat buangan dalam urine. Biasanya, ukuran batu ini bervariasi mulai dari sebesar pasir hingga permata. Teksturnya pun ada yang kasar bergerigi atau bahkan halus. Sedangkan warnanya ada yang kuning atau coklat.

Bila batu terbentuk dalam ginjal seseorang, batu tersebut bisa bergerak dan menyusuri bagian lain dari sistem urine. Batu ini lalu menghambat aliran urine dan menyebabkan infeksi serta rasa sakit yang begitu hebat atau bahkan dapat menimbulkan gagal ginjal.

Pembentukan batu ginjal biasanya terjadi pada pria atau wanita di usia 20 hingga 40 tahun. Hampir 80 persen kasus batu ginjal kebanyakan dipengaruhi oleh senyawa yang disebut kalsium oksalat.

Selama ini pencegahan batu ginjal bisa dilakukan dengan meminum banyak cairan untuk meningkatkan pembentukan air kemih dan membantu membuang beberapa batu. Jika batu telah terbuang, maka tidak perlu lagi dilakukan pengobatan segera. Penyakit ini bisa dikurangi dengan obat pereda nyeri golongan narkotik.

Batu di dalam pelvis renalis atau bagian ureter paling atas yang berukuran satu centimeter atau kurang sering kali bisa dipecahkan oleh gelombang ultrasonik (extracorporeal shock wave lithotripsy/ ESWL). Pecahan batu selanjutnya akan dibuang dalam air kemih.

Kadang, sebuah batu diangkat melalui suatu sayatan kecil di kulit (percutaneous nephrolithotomy, nefrolitotomi perkutaneus), yang diikuti dengan pengobatan ultrasonik. Batu kecil di dalam ureter bagian bawah bisa diangkat dengan endoskopi yang dimasukkan melalui uretra dan masuk ke dalam kandung kemih.

Ikhtisar:- Selain Oxalobacter formigenes, selama ini dari sekian banyak bakteri probiotik, yang terkenal adalah Lactobacillus atau Bifidobacterium.- Bakteri Oxalobacter formigenes diprediksi mampu menghancurkan oksalat dalam saluran pencernaan atau usus dan jumlahnya bisa mencapai miliaran pada orang dewasa normal. Sumber : republika
Probiotik yang merupakan bahasa Yunani yg berarti “for life” dan dikenalkan pertama kali oleh Metchnikoff; didefinisikan sebagai mikrobia hidup yang secara aktif meningkatkan kesehatan konsumen dengan menyeimbangkan mikroflora dalam saluran pencernaan jika dikonsumsi pada kondisi hidup dalam jumlah yang cukup (Fuller, 1992).

Mengapa kita butuh probiotik?Dosen patofisiologi saya, dr. M. Juffrie, Sp.A K., Ph.D (bagian ilmu kesehatan anak FK UGM) menganalogikan tubuh sebagai sebuah pohon. Pohon ini memiliki akar, batang, daun, dan buah. Pastinya, ia juga harus memiliki akar yang kuat dan sehat untuk dapat menyerap unsur hara dalam tanah. Akar ibarat saluran pencernaan yang juga harus dijaga.Di dalam saluran penceranaan kita, terdapat 100 triliun sel bakteri dan lebih dari 500 macamnya. Artinya, terdapat 105-107 sel bakteri per gram-nya. 


Secara garis besar, bakteri ini dikelompokkan menjadi bakteri baik dan bakteri jahat. Bakteri baik misalnya: Bifidobacterium, Eubacterium, dan Lactobacillus. Sementara bakteri jahat contohnya: Escheriachia coli, Clostridium perfringence, Salmonella, dan Staphilococcus. Jumlah bakteri baik di dalam saluran cerna kita ini harus dijaga agar kesehatan saluran cerna berada dalam keadaan optinal.

Tentunya bakteri yang termasuk probiotik harus memenuhi sejumlah kondisi sebagai berikut:
  1. Tahan hidup di saluran cerna setelah dikonsumsi: Tahan terhadap lisozim, asam lambung dan asam empedu.
  2. Menjaga keseimbangan bakteri di dalam usus dengan memproduksi hasil metabolisme, kompetitif perlekatan pada reseptor epitel. Hasil metabolisme probiotik: asam laktat, H2O2, bakteriosin, laktase, bile salt hydrolase, dan peptidoglycan.
Bakteri yang termasuk Probiotik
.
Genera Lactobacillus:L. acidophilus, L. bulgaricus, L. lactis, L. casei, L. rhamnosus, L. plantarum, L. helveticusGenera Bifidobacterium:B. longum, B. breve, B. bifidus, B. lactis, B. substilis, B. infantis. Genera Strptococcus:S. thermophillus

Manfaat probiotikWalaupun tidak begitu tenar, menurut Wood (1992), probiotik yang berisi milyaran mikroba ini memiliki 5 manfaat, yaitu:

1. Melindungi saluran pencernaan dari bakteri patogen
Probiotik menghasilkan H2O2 dan bakteriosin sebagai bakterisida atau anti mikroba bagi bakteri jahat. Probiotik juga melekatkan diri pada reseptor sel epitel usus sehingga bakteri patogen tidak bisa melekat (karena perlekatan dengan bakteri patogen dapat menyebabkan infeksi).
.
2. Menurunkan kasus kanker kolon
Probiotik menurunkan kasus kanker kolon dengan metode:
Penghambatan sel kanker Penghambatan terhadap bakteri yg memproduksi b-glucosidase, b-glucuronidase, dan azoreductase yg mengkatalisa konversi prokarsinogen mjd proksimal karsinogen Destruksi karsinogen spt nitrosamin dan menurunkan aktivitas nitroreductase menyerap senyawa karsinogenik daging panggang dengan mengeluarkan peptidoglycan.
.
3. Menurunkan kasus gangguan intestin – diare dan konstipasi
Diare karena bakteri patogen (Salmonella) dan rotavirus mrpk problem di semua negara. Bahkan angka kematian pd bayi karena diare mencapai 30%. Probiotik yg digunakan umumnya L. rhamnosus GG dan B. Longum. Juga disarankan treatment diare dgn antibiotik, harus diikuti dgn pemberian probiotik.
.
Berikut penelitian/jurnal yang menjelaskannnya:
  • Penelitian tahun 1973Beneficial baccteria, such as Lactobacilli and Bifidobacteria species normally live in healthy colon. They displace and inhibit the growth of disease causing bacteria.Poupard JA, Hussain J, Norris RF. Biology of the Bifidobacteria. Bact Rev 1973; 37:36-65
  • Supplementing with bifidobacteria may protect small children from infectious diarrhea.Rasic JL. Bifidobacteria and Diarrhea control in infants and young children. Internal Clin Nutr Rev. 1992;12:27-30 (review).
  • The combination of Bifidobacteria and Strep thermophillus (found in certain yoghurts) dramatically reduces the incidence of acute diarrhea in hospitalize children.Saavedra JM, Bauman NA, Oung I, et. al. Feeding of Bifidobacterium bifidum and Streptococcus thermophillus to infants in hospital for prevention of diarrhea and sheeding of rotavirus. lancet 1994;344:1046-9.
  • Active-culture yoghurt may prevent anti-biotic-induced diarrhea.Colombel JF, Cortet A, Neut C, Romond C, Horburt with Bifidobacterium longum reduces erthromycin-induced gastrointestinal effects. Lancet 1987;ii:43 (letter).
  • Lactobacillus acidophillus inhibit the growth of disease causing bacteria.Bhatia SJ, Kochar N, Abraham P, et al. Lactobacillus acidophillus inhibit growth of Campylobacter pylori in vitro. J Clin Microbiol 1989;27:2328-30
4. Menurunkan kolesterol dalam serum
Mekanisme:
a. Penghambatan sintesa kolesterol
Probiotik menghasilkan enzim BSH (bile salt hydrolase) yang dapat membantu menurunkan kolesterol. Probiotik menghasilkan metabolit yg dpt menghambat sintesa kolesterol di hati, yaitu HMG CoA
b. Pengikatan kolesterol dengan melakukan asimilasi kolesterol di saluran pencernaan

5. Menurunkan alergi terhadap susu
Apabila kadar Enzim ?-galaktosidase kurang, maka kita terkena diare. Probiotik dapat menurunkan kadar laktosa pada susu dengan mengeluarkan enzim laktase (mencerna laktosa menjadi monosakarida). http://webcache.googleusercontent.com
Persis seperti situasi di Irak, pencernaan kita setiap saat juga selalu bergolak. Setiap hari terjadi perebutan kekuasaan antara bakteri menguntungkan dan bakteri merugikan. Kita juga bisa ikut terlibat dalam perang itu dengan mengonsumsi probiotik atau prebiotik, walau syarat-syaratnya tidak selalu mudah

Ekspresi wajah Riko tampak berubah ketika ia mengamati bungkusan obat yang baru diterimanya dari petugas apotek. Di antara tiga jenis obat yang diresepkan dokter, ada satu yang labelnya bertuliskan perintah: habiskan!

"Ini antibiotik ya, Mbak?" tanya Riko, yang dijawab dengan anggukan petugas apotek itu. Kontan saja Riko lemas.

Jauh di dalam hatinya, Riko sebenarnya malas mengonsumsi obat secara gegabah, apalagi antibiotik. Tapi, kali itu ia merasa tidak berdaya lantaran punya rencana pergi ke luar kota esok harinya. Diare yang sudah dua hari dideritanya, dikhawatirkan malah akan mengganggu perjalanan.

Mendengar curhat temannya, Kunto membenarkan kekhawatiran Riko. Antibiotik memang sebaiknya tidak dikonsumsi sembarangan pada saat sedang menderita diare. "Obat diare itu rehidrasi. Minum cairan pengganti yang hilang, kayak oralit," tutur pria yang hobi mengikuti informasi kesehatan dari media massa itu.

Kunto menambahkan, diare justru bisa diatasi dengan probiotik atau makanan penambah mikroflora usus. Sebab, penyakit rajin ke belakang itu terjadi karena terjadi ketidakseimbangan antara bakteri jahat dan bakteri baik di dalam usus. "Antibiotik malah akan membabat semua bakteri di dalam usus," jelasnya.

Fiuuuh! Riko yang tidak paham istilah-istilah kesehatan cuma bisa bengong mendengarnya. Tubuh sudah lemas gara-gara diare, sekarang mesti pusing pula gara-gara antibiotik dan probiotik. "Capek deh!" katanya sambil mengusap dahi.

Sekilo bakteri

Dr. Rina Agustina, peneliti di SEAMEO-Tropmed, Pusat Kajian Gizi Regional Universitas Indonesia, membenarkan kata-kata Kunto, walau penjelasannya tidak sesederhana itu. "Pada diare WHO memang menyarankan menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang dengan cara menambah masukan cairan, terutama yang mengandung natrium dan kalium," jelasnya.

Kalau soal probiotik, Rina melanjutkan, ada sejumlah penelitian yang menyatakan bahwa mengonsumsi bakteri baik seperti Lactobacillus atau Bifidobacterium strain tertentu terbukti bisa menghambat ulah bakteri jahat penyebab diare. Juga dapat memperpendek durasi diare, dari 3,5 menjadi 2,5 hari pada anak yang dirawat atau diobati di rumah.

Akan tetapi, tunggu! Sebaiknya jangan main glek probiotik begitu saja. "Tergantung juga apa penyebab diarenya," tegas Rina. Probiotik bisa dikonsumsi pada diare yang disebabkan rotavirus yang biasa terjadi pada anak-anak, atau diare yang disebabkan antibiotik. "Pada kasus diare invasif seperti disentri dan kolera, antibotik tetap digunakan," tambahnya mewanti-wanti


Berawal dari diare, biasanya orang akan langsung teringat masalah bakteri baik dan bakteri jahat. Anda juga pasti pernah sesekali mendengar tentang kedua bakteri itu dari media massa atau lewat iklan di televisi. Tapi, pernahkah terbayang seperti apa bentuk dan berapa jumlahnya?

Mungkin agak mengerikan kalau diceritakan kalau di dalam tubuh kita terdapat ratusan jenis bakteri. Jumlahnya bisa mencapai seratus triliun per gram dengan berat total bisa mencapai 1 kg pada pria dan 0,8 kg pada wanita. Ingat, ini manusia normal lo!

Dari sekiloan bakteri itu, ada golongan bakteri baik, atau tepatnya bakteri menguntungkan, seperti Lactobacillus, Bifidobacterium, atau Eubacterium. Ada juga jenis bakteri merugikan, seperti Rotavirus, Clostrodium difficile, atau Shigella. Namun, sebenarnya ada juga bakteri yang berada di wilayah abu-abu atau kita sebut saja sebagai bakteri oportunistik, seperti E-coli dan Streptococcus.

Disebut bakteri menguntungkan karena keberadaannya banyak membantu kehidupan kita, terutama masalah pencernaan. Meski sebenarnya banyak manfaat spesifik lain seperti mengurangi kadar kolesterol pada makanan atau memperbaiki rasio LDL (kolesterol jahat) dan HDL (kolesterol baik) dalam tubuh. Jenis bakteri baik yang memenuhi dinding usus juga akan membuat bakteri tidak menguntungkan penyebab penyakit (patogen) sulit berkembang biak.
 

Di dalam usus, antara geng bakteri menguntungkan dan geng bakteri merugikan selalu hidup berdampingan, tapi tidak secara damai. Diam-diam keduanya terus berkelahi untuk saling berebut pengaruh dan daerah kekuasaan dalam sistem pencernaan. Perang ini terjadi setiap saat.

Pertempuran antarbakteri erat kaitannya dengan kondisi kesehatan si empunya tubuh. Artinya, jika suatu kali kelompok yang merugikan kebetulan menang, akibatnya bakteri penyebab penyakit (patogen) merajalela. Misalnya, kalau suatu kali Clostrodium ternyata berjaya, pemilik tubuh akan mengalami diare. Persis seperti yang dialami Riko.

Manajemen keseimbangan mikroflora usus sebenarnya bukan cuma untuk urusan kesehatan pencernaan. Dengan bakteri menguntungkan yang dominan, kita juga bisa meningkatkan kekebalan tubuh, mengatasi insomnia, mengendalikan stres di kala sakit, termasuk juga mengurangi risiko kanker.

Menyebut nama probiotik atau bakteri menguntungkan saja sebenarnya masih terlalu umum. Pasalnya, sebagaimana lazimnya makhluk hidup, bakteri juga memiliki jenis dan strain berbeda, yang masing-masing mempunyai potensi berbeda pula.

Dari pemaparan Rina, Lactobacillus rhamnosus GG dan Bifidobacterium lactis BB-12 misalnya, adalah probiotik yang biasa digunakan pada berbagai gangguan diare. Baik untuk pencegahan maupun pada diare karena konsumsi antibiotik dan akibat Clostridium difficile pada orang dewasa atau Rotavirus pada anak-anak.

Pada kasus intoleransi laktosa, bakteri seperti Streptococcus thermophilus, Lactobacillus bulgaricus mempunyai andil dalam meningkatkan aktivitas enzim laktase. Atau Lactobacillus salvarius dan Lactobacillus johnsonii dapat menghambat kolonisasi dan aktivitas bakteri Helicobater pylori pada lambung yang dapat menyebabkan gastritis atau peradangan usus.

Harus tetap hidup
Secara teoritis kita dapat meningkatkan jumlah bakteri menguntungkan di dalam usus dengan cara mengonsumsi makanan probiotik. Contohnya seperti susu fermentasi, keju, mentega, atau susu formula yang difortifikasi (diperkaya) asam laktat. Kini juga banyak ditawarkan suplemen probiotik yang berbentuk kapsul. Dengan berbagai klaim kesehatan, probiotik jadi memang semakin ngetren belakangan ini.

Di dalam usus probiotik yang dikonsumsi akan membentuk koloni-koloni baru untuk memperkuat barisan bakteri menguntungkan yang sudah ada sebelumnya. Dua pasukan bakteri paling terkenal misalnya kelompok Lactobacillus yang bersiaga di usus halus dan kelompok Bifidobacterium di usus besar. Menambah kekuatan dua kelompok ini saja diyakini bisa memberi efek kesehatan pada kita.

Masalahnya, belum banyak yang tahu bahwa mengonsumsi probiotik ternyata banyak syaratnya. Yang utama, bakteri menguntungkan itu harus sampai di usus dalam keadaan hidup. Jika sudah mati atau bakterinya banyak berkurang, itu sama saja bohong.

Menjamin bakteri masih hidup dalam waktu tertentu ternyata bukan perkara gampang. Terutama kalau berasal dari produk susu fermentasi. Sebab, bakteri mudah mati akibat suhu panas, susu harus selalu berada dalam lemari pendingin, mulai dari pabriknya sampai ke tangan konsumen.

"Kita bisa mengeceknya dari rasa susu. Kalau sudah terlalu asam, berarti sudah tidak baik. Tapi susahnya, ada juga yang bakterinya sebenarnya sudah mati, tapi rasanya tidak asam," jelas lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada tahun 1997 ini. "Biasanya, probiotik berbentuk bubuk seperti tablet atau kapsul lebih bisa tahan lama daripada yang cair."

Dosis harian yang efektif untuk keperluan terapi, menurut Rina, berkisar antara 106 - 1010 cfu (cfu = coloni forming unit). Jika bentuknya susu, dosisnya 109 cfu per hari atau 107 jika dikonsumsi sebanyak 100 g atau 100 mg. Angka-angka itu mungkin akan sangat sulit dimengerti awam. Tapi yang tidak boleh dilupakan, probiotik harus dikonsumsi terus-menerus agar membawa pengaruh pada kesehatan.

Alternatif lain untuk membantu pasukan bakteri menguntungkan adalah dengan cara mengonsumsi prebiotik. Pengertian gampangnya, prebiotik itu makanan bagi bakteri menguntungkan yang dapat membuat mereka berkembang biak. Anehnya, bakteri merugikan malah tidak menyukainya.

Rina mengibaratkan probiotik dan prebiotik sebagai rekan kerja yang saling menguntungkan. Jika probiotik meningkatkan populasi bakteri dari luar, maka prebiotik merangsang pertumbuhan dari dalam. "Prebiotik tidak bisa dicerna di usus halus dan ahirnya mengumpul di usus besar. Nah, ini baik sekali buat Bifidobacterium yang banyak terdapat di sana," jelasnya.
 

Prebiotik diketahui banyak terdapat pada akar tumbuhan Chichorium intybus yang mengandung 15 - 20% inulin dan 5 - 10% oligofruktosa. Dalam makanan yang biasa kita konsumsi sehari-hari, pasokan prebiotik bisa ditemukan pada berbagai biji-bijian, sayuran, dan buah-buahan. Misalnya gandum, bawang bombai, bawang putih, pisang, serta produk olahan kedelai, seperti tempe, tahu, dan tauco.

Dari sini tentu bisa disimpulkan, kalau makanan kita sehari-hari sudah kaya prebiotik, kemenangan sudah pasti ada di tangan.
http://supersehat.blogspot.com/





Tidak ada komentar:

Posting Komentar