.quickedit{ display:none; }
" Wilujeng Sumping di Saung Kefir Jatinangor, Wahana Berbagi Antar Sesama "

Sabtu, 10 September 2011

KANKER USUS


Diterbitkan pada tanggal 25 - 08 - 2011 
DokterSehat.com –
 
Kanker kolorektal atau kanker usus besar (colon cancer) berada pada urutan ketiga dalam jenis kanker yang paling sering dijumpai secara global. Frekuensi kasus kanker jenis ini bervariasi di setiap belahan dunia.

Negara-negara barat memiliki tingkat kasus yang cukup tinggi namun pada negara-negara Asia dan Afrika lebih jarang terjadi. Pada negara-negara yang penduduknya cenderung mengadopsi gaya dan pola makan masyarakat barat cenderung memiliki peningkatan kasus kanker usus.

Colon juga dikenal dengan usus besar, merupakan bagian usus besar yang terpanjang. Usus besar merupakan bagian terakhir dari sistem pencernaan, yang merupakan saluran sepanjang 150 – 180 cm ; sepanjang 150 cm yang pertama itulah yang disebut colon, yang kemudian menghubungkan sepanjang kira-kira 15 cm dari dubur (rectum) dan berakhir di anus.

Tiga atau empat jam setelah makan, nutrisi yang masuk ke dalam tubuh diserap dan menyisakan sampah berupa cairan (liquid). Fungsi dari colon adalah sebagai pengubah liquid limbah tersebut menjadi feses. Feses dapat tersimpan di mana saja pada colon, mulai dari sepuluh jam hingga beberapa hari sampai akhirnya dibuang melalui anus. 

Telah banyak anggapan dan nasihat namun belum terbukti, bahwa semakin lama kotoran berada pada colon, semakin besar pula risiko terkena kanker usus.

Kanker usus besar satu paket dengan pertumbuhan sel-sel kanker pada colon, rectum, dan usus buntu (appendix). Kebanyakan kasus kanker usus besar dicurigai tumbuh dari adenomatous polyps pada colon. 

Bagian yang berbentuk menyerupai jamur ini biasanya tumbuh jinak, namun seiring dengan berjalannya waktu ia dapat berkembang menjadi kanker. Proses ini berlangsung selama bertahun-tahun sehingga memungkinkan untuk dideteksi lebih dini untuk mengendalikannya.


Gejala
Gejala kanker usus besar sangat beragam dan tidak spesifik. Bisa berupa keletihan, lemah dan lesu, bernapas pendek, perubahan kebiasaan pada usus, sering buang air besar, diare, konstipasi, darah berwarna merah gelap pada kotoran, berat badan menurun, sakit di sekitar perut, kram, dan kembung pada perut.

Indikasi lainnya berupa iritasi usus (irritable bowel syndrome) yang menyebabkan usus menjadi kaku, radang usus kronis (ulcerative colitis), penyakit Crohn, diverticulosis, dan penyakit borok perut (peptic ulcer disease). Kesemuanya merupakan gejala yang mengarah pada kanker usus besar. Namun seringkali gejala-gejala di atas tidak mesti berujung pada kanker sebab ada penyakit-penyakit lain dengan gejala yang sama seperti ini.

Jadi, sebaiknya berkonsultasilah dengan dokter Anda sesegera mungkin untuk mendapatkan diagnosa dan penanganan yang tepat. Risiko seseorang terkena kanker usus besar meningkat setelah ia berumur 50 tahun. Namun, kasus yang berkembang akhir-akhir ini melaporkan bahwa setiap tahun banyak juga penderita yang berusia lebih muda.

Individu dengan riwayat keluarga yang akrab dengan kanker usus besar, polyps, dan penyakit kanker menurun lainnya seperti FAP (Familial Adenomatous Polyposis – penyakit langka penyebab ribuan polip di usus besar)  dan HNPCC  (Hereditary NonPolyposis Colorectal Cancer – kanker akibat kelainan gen)  memiliki risiko besar terkena hal yang serupa.

Begitu pula dengan individu yang pernah mengalami radang usus kronis dan penyakit Crohn, mereka sangat rentan dan membutuhkan tes atau screening awal untuk mendeteksi kanker. Seseorang dengan hubungan keluarga berkategori ‘first degree’ (orangtua, saudara kandung, anak), yang salah satu atau beberapa dari keluarga tersebut menderita kanker usus besar, memiliki dua atau tiga kali kemungkinan lebih besar dalam mengembangkan penyakit ini.

Perawatan terhadap kanker usus tergantung pada tingkatan atau ‘stage’ dari kanker tersebut. Jika kanker ditemui sejak dini (penyebarannya masih sedikit), maka ia dapat disembuhkan. Namun jika dideteksi agak terlambat, dalam arti telah ada peningkatan ‘stage’, kemungkinan penyembuhannya akan berkurang.

Apalagi jika telah mencapai stage akhir di mana sel-sel kanker telah menyebar luas, tindakan pembedahan menjadi satu-satunya cara bersama kemoterapi dan radioterapi dengan memperhatikan faktor-faktor medis dan individu yang mempengaruhi. Sumber : dinkes-kabpekalongan.blogspot.com http://doktersehat.com/

Tumor jinak di lambung agaknya tidak menimbulkan gejala atau masalah medis. Tetapi kadang-kadang, beberapa mengalami perdarahan atau berkembang menjadi kanker.Sekitar 99% kanker lambung adalah adenokarsinoma.

Kanker lambung lainnya adalah leiomiosarkoma (kanker otot polos) dan limfoma.Kankler lambung lebih sering terjadi pada usia lanjut. Kurang dari 25 % kanker tertentu terjadi pada orang di bawah usia 50 tahun.

Di Cina, Jepang, Cili dan Iceland, kanker lambung sering sekali ditemukan. Di AS, lebih sering terjadi pada orang miskin, orang kulit hitam dan orang yang tinggal di utara. Dan merupakan penyebab kematian no 7, yang terjadi pada sekitar 8 dari setiap 100.000 orang.

Penyebab Kanker Lambung
Kanker lambung sering dimulai pada sisi dimana lapisan lambung meradang. Tetapi banyak ahli yakin bahwa peradangan adalah akibat dari kanker lambung, bukan sebagai penyebab kanker.

Beberapa ahli berpendapat, ulkus gastrikum bisa menyebabkan kanker. Tapi kebanyakan penderita ulkus dan kanker lambung, kemungkinan sudah mengidap kanker yang tidak terdeteksi sebelum tukaknya terbentuk.

Helicobacter pylori, kuman yang memegang peranan penting dalam ulkus duodenalis, juga bisa berperan dalam terjadinya kanker lambung.

Polip lambung, suatu pertumbuhan jinak yang berbentuk bundar, yang tumbuh ke dalam rongga lambung, diduga merupakan pertanda kanker dan oleh karena itu polip selalu diangkat. Kanker mungkin terjadi bersamaan dengan jenis polip tertentu, yaitu polip yang lebih besar dari 1,8 cm atau polip yang jumlahnya lebih dari 1.

Faktor makanan tertentu diperkirakan berperan dalam pertumbuhan kanker lambung.
Faktor-faktor ini meliputi :
- asupan garam yang tinggi
- asupan karbohidrat yang tinggi
- asupan bahan pengawet (nitrat) yang tinggi
- asupan sayuran hijau dan buah yang kurang.
Tetapi tidak satupun dari faktor-faktor tersebut yang telah terbukti menyebabkan kanker.

Gejala Kanker Lambung
Pada stadium awal kanker lambung, gejalanya tidak jelas dan sering tidak dihiraukan. Jika gejalanya berkembang, bisa membantu menentukan dimana lokasi kanker lambung tersebut. Sebagai contoh, perasaan penuh atau tidak nyaman setelah makan bisa menunjukkan adanya kanker pada bagian bawah lambung.

Penurunan berat badan atau kelelahan biasanya disebabkan oleh kesulitan makan atau ketidakmampuan menyerap beberapa vitamin dan mineral.Anemia bisa diakibatkan oleh perdarahan bertahap yang tidak menyebabkan gejala lainnya. Kadang penderita juga bisa mengalami muntah darah yang banyak (hematemesis) atau mengeluarkan tinja kehitaman (melena).

Bila kanker lambung bertambah besar, mungkin akan teraba adanya massa pada dinding perut.Pada stadium awal, tumor lambung yang kecil bisa menyebar (metastasis) ke tempat yang jauh. Penyebaran tumor bisa menyebabkan pembesaran hati, sakit kuning (jaundice), pengumpulan cairan di perut (asites) dan nodul kulit yang bersifat ganas.

Penyebaran kanker juga bisa menyebabkan pengeroposan tulang, sehingga terjadi patah tulang.

Cara Mendiagnosa Kanker Lambung
Gejala kanker lambung bisa dikelirukan dengan tukak lambung.  Bila gejala tidak hilang setelah penderita minum obat untuk ulkus atau bila gejalanya meliputi penurunan berat badan, maka dicurigai suatu kanker lambung.Pemeriksaan rontgen yang menggunakan barium untuk menandai perubahan di permukaan lambung sering dilakukan, tetapi jarang bisa menemukan kanker lambung yang kecil dan dalam stadium awal.

Endoskopi adalah prosedur diagnostik yang paling baik karena :
- memungkinkan dokter melihat lambung secara langsung
- bisa mencari adanya Helicobacter pylori, kuman yang berperan dalam kanker lambung
- bisa mengambil contoh jaringan untuk pemeriksaan mikroskopis.

Tips Pengobatan
Polip lambung jinak diangkat dengan menggunakan endoskopi.
Bila karsinoma ditemukan di dalam lambung, pembedahan biasanya dilakukan untuk mencoba menyembuhkannya.

Sebagian besar atau semua lambung dan kelenjar getah bening di dekatnya ikut diangkat.
Bila karsinoma telah menyebar ke luar dari lambung, tujuan pengobatannya adalah untuk mengurangi gejala dan memperpanjang harapan hidup.

Kemoterapi dan terapi penyinaran bisa meringankan gejala.
Hasil kemoterapi dan terapi penyinaran pada limfoma lebih baik daripada karsinoma. Mungkin penderita akan bertahan hidup lebih lama bahkan bisa sembuh total.
sumber: medicastore http://doktersehat.com/

KANKER USUS BESAR

Diterbitkan pada tanggal 6 - 07 - 2011
DokterSehat.com – Kanker usus besar berpotensi terjadi di usus besar karena usus besar sebagai saluran terakhir pencernaan makanan, usus berpotensi terkena kanker dari makanan yang kita konsumsi. Ada lima stadium dengan sifat masing-masing dan besaran kemungkinan bertahan hidup yang semakin kecil bagi pasien.


Gejala kanker usus besar
Beberapa gejala kanker usus besar biasanya adalah lelah, sesak napas waktu bekerja, dan kepala terasa pening, pendarahan pada rektum, rasa kenyang bersifat sementara, atau kram lambung serta adanya tekanan pada rektum. Adanya darah dalam tinja, seperti terjadi pada penderita pendarahan lambung, polip usus, atau wasir juga menjadi pertanda kanker usus besar. 

Pada pemeriksaan fisik, penderita usus besar mengalami pucat, sakit pada umumnya, malnutrisi, lemah, kurus, terjadi cairan di dalam rongga perut, pembesaran hati, serta pelebaran saluran limpa.


Penyebab kanker usus besar
Kontak dengan zat-zat kimia tertentu seperti logam berat, toksin, dan ototoksin serta gelombang elektromagnetik bisa menjadi penyebab kanker usus besar. Pola makan yang buruk, antara lain terlalu banyak daging dan lemak yang tidak diimbangi buah dan sayuran segar yang banyak mengandung serat akan menambah resiko penyebab kanker usus besar. Zat besi yang berlebihan diantaranya terdapat pada pigmen empedu, daging sapi dan kambing serta tranfusi darah.

Usus mengubah alkohol menjadi asetilaldehida yang meningkatkan risiko menderita kanker usus besar, sehingga mengkonsumsi alcohol merupakan faktor penyebab kanker usus dalam hal gaya hidup. Faktor gaya hidup lainnya berpengaruh terhadap obesitas, bekerja sambil duduk seharian, seperti para eksekutif, pegawai administrasi, atau pengemudi kendaraan 
umum.

  • Pemeriksaan apa yang dibutuhkan untuk diagnosis kanker usus besar?
  • Fiberoptik kolonoskopi: Memasukkan sejenis pipa terbuat dari serat optik ke dalam usus melalui anus (dubur). Kamera yang terdapat pada alat itu bisa digunakan untuk melakukan pemeriksaan apakah dalam usus terdapat polip atau tidak.
  • Pemeriksaan darah: Menentukan tumor marker CEA (carcino-embryonis antigen) dalam darah.
  • CT Scan
 
Pengobatan kanker usus besar
Beberapa perawatan untuk kanker usus besar antara lain kemoterapi, radiasi, hingga tindakan operasi. Indikasi operasi dilakukan dengan memotong usus besar yang sakit, dan menyambungkan kembali dua ujung bagian usus besar yang sehat.

Operasi dilakukan dengan alat-alat kecil yang dioperasikan lewat lubang-lubang itu dan dipantau lewat layar monitor. Teknik laparoskopi juga dapat dilakukan yaitu membuat lubang kecil yang dibuat dibeberapa titik di perut dan mengamati hasilnya.
Sumber : turunberatbadan.com http://doktersehat.com/


KANKER USUS BESAR. GEJALA DAN PENYEBABNYA
  
Diterbitkan pada tanggal 1 - 09 - 2009 
DokterSehat –
Sebagai saluran terakhir pencernaan makanan, usus berpotensi terkena kanker dari makanan yang kita konsumsi. Ada lima stadium dengan sifat masing-masing dan besaran kemungkinan bertahan hidup yang semakin kecil bagi pasien.

Gejala
  • Lelah, sesak napas waktu bekerja, dan kepala terasa pening.
  • Pendarahan pada rektum, rasa kenyang bersifat sementara, atau kram lambung serta adanya tekanan pada rektum.
  • Adanya darah dalam tinja, seperti terjadi pada penderita pendarahan lambung, polip usus, atau wasir.
  • Pucat, sakit pada umumnya, malnutrisi, lemah, kurus, terjadi cairan di dalam rongga perut, pembesaran hati, serta pelebaran saluran limpa.

Penyebab
  • Kontak dengan zat-zat kimia tertentu seperti logam berat, toksin, dan ototoksin serta gelombang elektromagnetik.
  • Pola makan yang buruk, antara lain terlalu banyak daging dan lemak yang tidak diimbangi buah dan sayuran segar yang banyak mengandung serat.
  • Zat besi yang berlebihan diantaranya terdapat pada pigmen empedu, daging sapi dan kambing serta tranfusi darah.
  • Lemak jenuh dan asam lemak omega-6 (asam linol).
  • Minuman beralkohol, khususnya bir. Usus mengubah alkohol menjadi asetilaldehida yang meningkatkan risiko menderita kanker kolon.
  • Obesitas.
  • Bekerja sambil duduk seharian, seperti para eksekutif, pegawai administrasi, atau pengemudi kendaraan umum.

Pemeriksaan medis
Fiberoptik kolonoskopi:
Memasukkan sejenis pipa terbuat dari serat optik ke dalam usus melalui anus (dubur). Kamera yang terdapat pada alat itu bisa digunakan untuk melakukan pemeriksaan apakah dalam usus terdapat polip atau tidak.

CT Scan. Pemeriksaan darah:
Menentukan tumor marker CEA (carcino-embryonis antigen) dalam darah. 

Perawatan
Kemoterapi
Radiasi

Operasi
Pemotongan usus besar yang sakit, dan menyambungkan kembali dua ujung bagian usus besar yang sehat.

Teknik laparoskopi:
Melalui beberapa lubang kecil yang dibuat dibeberapa titik di perut. Operasi dilakukan dengan alat-alat kecil yang dioperasikan lewat lubang-lubang itu dan dipantau lewat layar monitor.

Pencegahan
  • Konsumsi banyak makanan berserat. Untuk memperlancar buang air besar dan menurunkan derajat keasaman, kosentrasi asam lemak, asam empedu, dan besi dalam usus besar.
  • Asam lemak omega-3, yang banyak terdapat dalam ikan tertentu.
  • Kosentrasi kalsium, vitamin A, C, D, dan E dan betakarotin.
  • Susu yang mengandung Lactobacillus acidophilus.
  • Berolahraga dan banyak bergerak sehingga semakin mudah dan teratur untuk buang air besar.
  • Hidup rileks dan kurangi stres.

Deteksi Dini
Seperti halnya deteksi dini kanker mulut rahim menggunakan papsmear atau untuk kanker payudara memakai mamografi, terhadap kanker kolon pun bisa dilakukan deteksi dini.

Deteksi dini kanker kolon dianjurkan kepada mereka yang telah menginjak usia 50 tahun. Tetapi bagi mereka yang memiliki riwayat keluarga pernah terkena kanker ovarium, kolon dan kanker paru, disarankan melakukan deteksi dini sebelum usia 50 tahun.

Kanker kolon dianggap sebagai penyakit yang perjalanannya lambat. Karena itu masyarakat dianjurkan melakukan deteksi dini melalui pemeriksaan darah yang ada dalam tinja dan kolonoskopi.

“Sebaiknya deteksi dini dilakukan sejak usia 40 tahun bagi yang memang memiliki riwayat ketiga jenis kanker tersebut dalam keluarganya,” kata dr Aru W Sudoyo, konsultan hematologi dan onkologi medik dari FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo kepada Media Indonesia, pekan lalu di ruang kerjanya.

Apalagi bagi mereka yang telah mengalami gejala, seperti perdarahan pada saat buang air besar dan tertutupnya jalan usus atau penyumbatan,” lanjut Aru, deteksi dini sangat disarankan.
Menurut Aru, beberapa prosedur deteksi dini kanker kolon antara lain:

Pemeriksaan colok dubur oleh dokter bila seseorang mencapai usia 50 tahun. Pemeriksaan tersebut sekaligus untuk mengetahui adanya kelainan pada prostat.

Setelah itu, dilakukan pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan darah samar (occult blood) secara berkala, apakah terdapat darah pada tinja atau tidak. Kemudian pemeriksaan secara visual dengan endoskopi di kolon atau disebut kolonoskopi. Pemeriksaan kolonoskopi atau teropong usus ini dianjurkan segera dilakukan bagi mereka yang sudah mencapai usia 50 tahun.

Pemeriksaan kolonoskopi relatif aman, tidak berbahaya, namun pemeriksaan ini tidak menyenangkan. Kolonoskopi dilakukan untuk menemukan kanker kolorektal sekaligus mendapatkan jaringan untuk diperiksa di laboratorium patologi. Pada pemeriksaan ini diperlukan alat endoskopi fiberoptik yang digunakan untuk pemeriksaan kolonoskopi. Alat tersebut dapat melihat sepanjang usus besar, memotretnya, sekaligus biopsi tumor bila ditemukan.

Cara lain untuk menunjang diagnosis kanker kolon adalah dengan enema barium. Pada pemeriksaan enema barium, bahan cair barium dimasukkan ke usus besar melalui dubur dan siluet (bayangan)-nya dipotret dengan alat rontgen. Pada pemeriksaan ini hanya dapat dilihat bahwa ada kelainan, mungkin tumor, dan bila ada perlu diikuti dengan pemeriksaan kolonoskopi.

Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi kanker dan polip yang besarnya melebihi satu sentimeter. Kelemahannya, pada pemeriksaan ini tidak dapat dilakukan biopsi.

Dengan kolonoskopi dapat dilihat kelainan berdasarkan gambaran makroskopik. Bila tidak ada penonjolan atau ulkus, pengamatan kolonoskopi ditujukan pada kelainan warna, bentuk permukaan, dan gambaran pembuluh darahnya. 

Aru mengatakan dengan deteksi dini diharapkan kanker kolon dapat segera ditangani atau diterapi. Beberapa terapi, seperti kemoterapi dan radiasi dapat dilakukan untuk mengatasi kanker kolon(IJ/S-4)
Sumber : Koran Media Indonesia, Edisi Rabu, 12 April 2006/NO. 9244/TAHUN XXXVII


KANKER USUS. GEJALA DAN PENCEGAHANNYA

Sakit perut. Itulah keluhan yang kerap dirasakan Prasetyo, 45 tahun, selama tiga tahun sebelum akhirnya divonis menderita kanker kolorektal (usus besar).

Awalnya, dia dinyatakan dokter menderita radang usus, sehingga hanya diberi obat antiradang, penghilang rasa sakit, dan antibiotik. Namun, obat-obatan itu tak pernah mampu menghilangkan keluhannya secara tuntas. Alhasil, sakit perut itu berulang, dan selalu berulang. Sampai suatu ketika, ia merasakan sakit yang hebat di perutnya.

Prasetyo pun kembali ke dokter. Kali ini, dokter mengatakan, ada perlengketan di usus besarnya sehingga harus dilakukan pembedahan. Sebagian usus besarnya pun dipotong. Selesai masalah? Ternyata tidak. Prasetyo yang perokok berat ini masih sering merasakan sakit di perut. Tubuhnya pun makin kurus, dan kerap mengalami diare.

Penyebab dari sakit perut itu akhirnya diketahui lewat pemeriksaan di sebuah rumah sakit besar di Bandung. Kanker dipastikan telah bersarang di usus besar Prasetyo, dan telah mencapai stadium IV. Empat bulan setelah mendengar vonis ini, Prasetyo berpulang untuk selama-lamanya.

Kanker usus besar adalah salah satu jenis kanker yang cukup sering ditemui, utamanya pada pria dan wanita berusia 50 tahun atau lebih. Pada pria, kanker usus besar menempati urutan ketiga sebagai kanker tersering yang ditemui setelah kanker prostat dan paru-paru.

Sementara pada wanita, kanker ini pun menempati urutan ketiga setelah kanker payudara dan paru-paru. ”Dari berbagai laporan, di Indonesia terdapat kenaikan jumlah kasus (kanker usus besar), meskipun belum ada data yang pasti. Data di Departemen Kesehatan didapati angka 1,8 per 100 ribu penduduk,” tutur dokter Adil S Pasaribu, SpB KBD, spesialis bedah dari Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta.

Kanker usus besar adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas di dalam permukaan usus besar atau rektum. Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas atau adenoma, yang dalam stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat cepat).

Pada stadium awal, adenoma dapat diangkat dengan mudah. Hanya saja pada stadium awal ini, seringkali adenoma tidak menampakkan gejala apapun, sehingga tidak terdeteksi dalam waktu yang relatif lama. Padahal, adenoma yang awalnya tak menimbulkan keluhan apapun ini, pada suatu saat bisa berkembang menjadi kanker yang menggerogoti semua bagian dari usus besar.

Gejala awal yang tidak khas ini membuat banyak penderita kanker usus besar datang ke rumah sakit ketika perjalanan penyakit sudah demikian lanjut. Upaya pengobatan pun menjadi sulit. Padahal, seperti dikatakan Ketua Perhimpunan Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, dokter Aru Sudoyo SpPD KHOM, kunci utama keberhasilan penanganan kanker usus besar adalah ditemukannya kanker dalam stadium dini, sehingga terapi dapat dilaksanakan secara bedah kuratif. Sayangnya, hal seperti ini sangat jarang. 

Yang kerap terjadi adalah kasus seperti dialami Prasetyo, yakni kanker ditemukan pada stadium lanjut, sehingga harapan penderita untuk bertahan hidup menjadi sangat kecil.

Jika kanker usus besar ditemukan pada stadium I, peluang penderita untuk hidup hingga lima tahun mencapai 85-95 persen. Sementara bila ditemukan pada stadium II, peluang itu mencapai 60-80 persen, pada stadium III sekitar 30-60 persen, dan stadium IV sekitar 25 persen. ”Ini artinya, bila ada 100 penderita kanker usus besar stadium IV, maka yang masih hidup sampai lima tahun hanya lima orang,” ucap Aru.

Deteksi dini
Untuk menghindari kemungkinan terburuk, seperti dialami Prasetyo, deteksi dini merupakan hal yang sangat penting. ”Deteksi dini atau skrining terhadap kanker ini, dapat menyelamatkan hidup,” tegas Adil.

Dengan deteksi dini dapat ditemukan adanya polip prakanker, yaitu suatu pertumbuan abnormal pada usus besar atau rektum yang dapat segera dibuang sebelum berubah menjadi kanker. ”Jika semua orang yang berumur 50 tahun atau lebih melakukan skrining secara teratur, maka sebanyak 60 persen kematian akibat kanker kolorektal dapat dihindari,” tuturnya.

Deteksi dini adalah investigasi pada individu asimtomatik (tanpa gejala) yang bertujuan untuk mendeteksi adanya penyakit pada stadium dini sehingga dapat dilakukan terapi kuratif. Secara umum, urai Adil, deteksi dini dapat dilakukan pada dua kelompok, yaitu populasi umum dan kelompok risiko tinggi. Deteksi dini pada kelompok populasi umum dilakukan kepada individu yang berusia di atas 40 tahun.

Sedangkan mereka yang tergolong kelompok berisiko tinggi, antara lain adalah mereka yang pernah menjalani polipektomi untuk adenoma di usus besar, dan orang-orang yang berasal dari keluarga dengan riwayat penyakit ini.

Terkait dengan riwayat keluarga, Anda tak perlu khawatir berlebihan jika berasal dari keluarga yang memiliki riwayat kanker usus besar. Menurut Adil, faktor genetik memang bisa menjadi penyebab munculnya penyakit ini, tapi faktor tersebut bisa dipersempit. Caranya, ubahlah pola makan Anda dan lakukan deteksi dini.

Penyebab dan gejala
Sejauh ini, penyebab kanker usus besar memang belum diketahui secara pasti. Hanya saja, ada beberapa hal yang diduga kuat berpotensi memunculkan penyakit ganas ini, yaitu: cara diet yang salah (terlalu banyak mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan protein, serta rendah serat), obesitas (kegemukan), pernah terkena kanker usus besar, berasal dari keluarga yang memiliki riwayat kanker usus besar, pernah memiliki polip di usus, umur (risiko meningkat pada usia di atas 50 tahun), jarang melakukan aktivitas fisik, sering terpapar bahan pengawet makanan maupun pewarna yang bukan untuk makanan, dan merokok.

Dalam buku Panduan Pengelolaan Adenokarsinoma Kolorektal disebutkan bahwa meskipun penelitian awal tidak menunjukkan hubungan merokok dengan kejadian kanker usus besar, namun penelitian terbaru menunjukkan, perokok jangka lama (30-40 tahun) mempunyai risiko berkisar 1,5-3 kali. 

Diperkirakan, satu dari lima kasus kanker usus besar di Amerika Serikat bisa diatributkan kepada perokok. Penelitian kohort dan kasus-kontrol dengan desain yang baik menunjukkan, merokok berhubungan dengan kenaikan risiko terbentuknya adenoma dan juga kenaikan risiko perubahan adenoma menjadi kanker usus besar. ”Karena itu untuk mencegah kejadian kejadian kanker usus besar dianjurkan untuk tidak merokok,” kata Aru. Mengenai gejala kanker usus besar,

Aru menyebut beberapa hal yang kerap dikeluhkan para penderita, yaitu:
  • Perdarahan pada usus besar yang ditandai dengan ditemukannya darah pada feses saat buang air besar.
  • Perubahan pada fungsi usus (diare atau sembelit) tanpa sebab yang jelas, lebih dari enam minggu.
  • Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas
  • Rasa sakit di perut atau bagian belakang.
  • Perut masih terasa penuh meskipun sudah buang air besar.Rasa lelah yang terus-menerus
  • Kadang-kadang kanker dapat menjadi penghalang dalam usus besar yang tampak pada beberapa gejala seperti sembelit, rasa sakit, dan rasa kembung di perut.

Untuk menangani kanker usus besar, menurut Aru, terapi bedah merupakan cara yang paling efektif, utamanya bila dilakukan pada penyakit yang masih terlokalisir. Namun, bila sudah terjadi metastasis (penyebaran), penanganan menjadi lebih sulit. 

Tetapi, dengan berkembangnya kemoterapi dan radioterapi pada saat ini, memungkinkan penderita stadium lanjut atau pada kasus kekambuhan untuk menjalani terapi adjuvan. Terapi adjuvan adalah kemoterapi yang diberikan setelah tindakan operasi pada pasien kanker stadium III guna membunuh sisa-sisa sel kanker.

Saat ini, terapi adjuvan bisa dilakukan tanpa suntik (infus), melainkan dengan oral/tablet (Capacitabine). Ketersediaan capacitabine tablet memungkinkan pasien untuk menjalani kemoterapi di rumah yang tentu saja efektivitasnya lebih baik. ”Capacitabine juga merupakan kemoterapi oral yang aman dan bekerja sampai ke sel kanker,” kata Aru yang juga menjabat sebagai ketua Komisi Terapi Adjuvan, Kelompok Kerja Adenokarsinoma Kolorektal Indonesia.

Jurus Menangkal Kanker Usus Besar
Mencegah jauh lebih baik ketimbang mengobati. Hal itu juga berlaku pada kanker usus besar. Agar tak sampai terjamah penyakit mematikan ini, lakukan upaya pencegahan. Simak tips pencegahan dari dokter Adil S Pasaribu SpB KBD berikut ini:

  • Hindari makanan tinggi lemak, protein, kalori, serta daging merah. Jangan lupakan konsumsi kalsium dan asam folat.Setelah menjalani polipektomi adenoma disarankan pemberian suplemen kalsium.
  • Disarankan pula suplementasi vitamin E, dan D.
  • Makan buah dan sayuran setiap hari.
  • Pertahankan Indeks Massa Tubuh antara 18,5 – 25,0 kg/m2 sepanjang hidup.
  • Lakukan aktivitas fisik, semisal jalan cepat paling tidak 30 menit dalam sehari.
  • Hindari kebiasaan merokok.Segera lakukan kolonoskopi dan polipektomi pada pasien yang ditemukan adanya polip.
  • Lakukan deteksi dini dengan tes darah samar sejak usia 40 tahun
 source : litbang.depkes.go.id http://doktersehat.com/



2 komentar:

  1. adik ipar saya 1 tahun yang lalu tr kena kanker usus dan sudah menjalani pengobatan rutin ke rumah sakit serta alternatif tapi tidak ada ke majuan dan akhir nya di saran kan untuk melakukan tindakan oprasi... tapi alhamdulillah sekarang dia sudah sembuh semenjak brobat dng pak yusuf ...awal ceritanya saat saya ikut majelis taklim dan ada desas desus kalau ada salah satu dari suami teman majelis taklim tr kena kanker usus dan harus di oprasi tetapi suami nya tidak mau.. setelah itu ada yg menyarankan untuk brobat ke pak yusuf yang konon nya kakak ipar beliau sembuh semenjak rutin brobat dng pak yusuf... dan saya pun meminta no hp beliau guna untuk mencari ke kesembuhan adik ipar saya yg juga kala itu juga di harus kan oprasi karna kondisi nya semakin memburuk dan selalu keluar darah dari anus nya... saya pun mencoba menghubungi pak yusuf ingin minta saran dan obat dari beliau... tapi yaa allah posisi beliau jauh banget... tapi beliau bilang bisa obat nya di kirim dan kata beliau harus rutin serta jaga pola makan nya... dan akhirnya kami rembukan dng keluarga karna harga obat nya lumayan mahal... tapi suami saya bilang gak apa apa demi kesembuhan berapapun akan di tebus... dan akhirnya suami saya yg membayar seluruh pengobatan adik nya selama 6 bulan dan allah pun menjawab doa kami... akhirnya adik ipar saya sudah di nyata kan sembuh .
    sekarang adik ipar saya sudah menikah dan lagi hamil...
    jadi itu lah kisah adik ipar saya yg sembuh dari kanker usus...
    dan suami teman saya itu pun sudah sembuh kata teman saya...
    jadi saya merekomendasi kan coba Konsultasi dan brobat dng pak yusuf... walau pun jauh beliau siap membantu...
    ini no hp dan wa beliau
    0853-6167-5232
    semoga br manfaat dan bisa sembuh seperti adik ipar saya dan suami teman majelis taklim saya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah trimakasih atas saran dan rekomendasi nya... Alhamdulillah kakak saya juga sudah brobat dengan beliau dan sekarang kakak saya sudah sembuh. Kami rutin brobat dengan beliau selama 9 bulan tanpa henti henti... Dan Alahamdulilah kakak saya sekarang sudah sehat kembali... Trimakasih dari keluarga bapak wira di duri kosambi

      Hapus